“Ibu saya, Siti Musa’adah, menikah saat berusia 15 tahun, karena ada mitos dan ketakutan di zaman itu. Kalau tidak menikah pada usia 15 tahun, maka akan dapat duda dan hidupnya jadi susah. Ternyata ibu malah hidup susah karena menikah saat masih anak-anak. Maka, saya berupaya agar masyarakat sadar dan menolak pernikahan di usia anak-anak,” kata Nurul usai menerima penghargaan pada peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2012 di Teater IMAX Keong Mas TMII, kemarin.
Nurul mendapat penghargaan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, atas jasanya dalam kampanye mencegah pernikahan di usia dini, serta mendorong anak perempuan agar tetap bersekolah.
“Menjadi BIAAG Ambassador penting bagi saya, karena dapat mengampanyekan budaya malu menikah muda kepada seluruh anak-anak di dunia. Anak-anak seusia saya di seluruh dunia harus bisa mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan demi masa depan yang lebih baik,” kata anak pertama dari dua bersaudara pasangan Pujianto dan Siti Musa’adah tersebut.
Tim Task Force
Aktivitas Nurul selama ini adalah menemui kepala sekolah dan komite sekolah di daerahnya agar mau mengampanyekan budaya malu menikah pada usia dini. Selain itu, dia mendiskusikan masalah tersebut dari level anak seusianya hingga ke tingkat komunitas desa. Hasil diskusi dilaporkan kepada kepala desa.
Dia juga menjadi anggota tim task force pencegahan pernikahan usia anak di Grobogan dan berkoordinasi secara aktif dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Keluarga Berencana tingkat kabupaten. Selain itu, dia melakukan riset sederhana bersama teman-temannya.
“Hasil riset kami menunjukkan, pada 2011 di Kecamatan Panggungharjo ada 53 anak-anak yang menikah pada usia 13 sampai 18 tahun. Yang menyedihkan, hasil riset itu menunjukkan bahwa tiga dari empat anak-anak yang menikah muda itu ternyata sulit sekali mengasuh anaknya, dan masih sangat bergantung pada orang tuanya. Jadi, berkeluarga tak berhasil, mereka pun tidak bisa lagi mengenyam pendidikan. Semua yang menikah dini tak bisa melanjutkan sekolah,” paparnya.
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan bahwa orang tua berkewajiban menjaga dan melindungi anak-anak dari berbagai bentuk kejahatan, kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi.
‘’Di samping itu harus terus berupaya agar anak-anak tidak ditelantarkan dan tidak mendapat sanksi hukuman yang tidak adil dan tidak tepat. Kita juga perlu melindungi mereka dari pergaulan yang tidak baik,’’ kata Presiden saat menghadiri puncak peringatan HAN 2012 di TMII.
Menurutnya, pemerintah terus memberikan perhatian secara khusus kepada anak-anak, antara lain dengan menggalakkan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) secara nasional. Melalui gerakan itu, pemerintah ingin menyiapkan generasi emas dalam menyongsong 100 tahun Indonesia Meerdeka .( Sumber Suara Merdeka )
0 komentar:
Post a Comment