Selamat Datang dan Terimakasih atas kunjungannya -> Kumpulan Informasi Purwodadi,Grobogan,Jawa Tengah dan Indonesia <- dikutip dari berbagai sumber media

BERZIARAH KE MAKAM SUNAN KALIJAGA, DEMAK

/ On : 17.4.14/ INFO PURWODADI,GROBOGAN,JAWA TENGAH DAN INDONESIA
Sunan Kalijaga terkenal sebagai seorang wali yang sangat merakyat, sehingga sering dijuluki sebagai muballigh keliling atau dai kelana. Tak cuma wong cilik yang suka mendengar wejangannya, kaum bangsawan dan cendekiawan pun amat simpati kepada beliau, karena caranya mensyiarkan agama Islam yang disesuaikan dengan keadaan dan zaman. Namun, terlepas dari sikap tolerannya, Sunan Kalijaga juga seorang wali yang kritis. Maka tidaklah mengherankan jika Makam Sunan Kalijaga banyak dikunjungi para peziarah untuk berdo’a (bukan ngalap berkah) dan mendekatkan diri atau mengingatkan pada kematian.

Cerita singkat tentang Sunan Kalijaga

Penindasan yang dilakukan penguasa pada itu, menggugah hati Sunan Kalijaga, rakyat jelata yang hidup susah perlu segera dibantu, lalu bagaimana caranya? Maka jadilah Raden Said sebagai pencuri budiman, dengan mengambil hasil bumi dari gudang-gudang orang kaya dan penguasa untuk dibagikan pada orang-orang miskin. 

Suatu ketika ia bertemu dengan orang tua yang ternyata sunan Bonang, Sunan Bonang tidak membenarkan apa yang dikerjakan Raden Said, lalu Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu,ia menjadi tertidur dalam waktu lama, karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya. 

Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga dikenal sebagai sunan yang seniman, beliau berdakwah melalui seni yang ada di wilayah dakwah beliau, beliau menciptakan baju takwa, menciptakan perayaan Sekatenan, menciptakan grebeg maulud, menciptakan Layang Kalimasada, menciptakan lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.Sunan Kalijaga juga ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.Dari dakwah beliau yang sangat toleran itu, sebagian besar adipati di tanah jawa memeluk Islam melalui dakwah beliau, diantaranya sebut saja Adipati Pandanaran, Adipati Kartasura, Adipati Kebumen, Adipati Banyumas, serta Adipati Pajang.

Lokasi makam Sunan Kalijaga berada di Kadilangu, Demak dalam “rumah” kokoh dengan ukiran Jepara terbaik di pintu, jendela, maupun tiang-tiangnya. Sunan Kalijaga merupakan salah satu dari Walisongo yang mempunyai sejarah hidup yang unik dan mengesankan. Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilwatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon.

Sebelah makam sunan kalijaga terdapat masjid yang dibangun oleh sunan kalijaga. Masjid Sunan Kalijaga ini berdiri di tengah-tengah masyarakat santri. Beberapa meter di sebelah timur Kompleks Makam Sunan Kalijaga dan keluarganya, di Kadilangu, Demak. Di situ terdapat madrasah dinniyah dan TPA. Sejauh ini, tidak diperoleh data akurat kapan persisnya masjid kuno ini dibangun untuk pertama kali. Namun, berdasarkan cerita mulut ke mulut, masjid itu dibangun Sunan Kalijaga pada suatu malam dan selesai malam itu juga, sebelum dilaksanakan shalat Subuh berjamaah pada tahun 1479 M. Wallahu ’alam. Yang jelas, menurut prasasti yang tersimpan di sana, masjid itu mengalami renovasi pertama kali pada 1564 M oleh Pangeran Wijil. Namun, tidak pula terlacak Pangeran Wijil keberapa di antara lima Pangeran Wijil yang tercatat dalam sejarah.

Sumber: http://swaramuslim.net/galery/islam-indonesia/index.php?page=walisongo
http://www.wisata-religi.com/2013/07/makam-sunan-kalijaga-kadilangu-demak.html


0 komentar:

Post a Comment

PROMOSI DI HALAMAN UTAMA LINGKAR PURWODADI GROBOGAN CUKUP ISI KOLOM KOMENTAR ( FREE)

Widget edited by pancasila civil community

Alat Ukur Digital Murah Berkwalitas

Timbangan Digital Best Seller

PLR TIKTOK MARKETING TERHITS

Panduan Program Hamil

Panduan Program Hamil
Dr Rosdiana Ramli Spog

Cara Merawat Bayi Lengkap

Cara Merawat Bayi Lengkap
Panduan Merawat Bayi Usia 0 - 5 Tahun